pengolahan limbah cair dengan sistem weatland
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Wetland memiliki efisiensi penghilangan suspensi padat pada kolom
air yang cukup besar. Materi-materi yang tersuspensi di kolom air dapat terdiri
dari banyak macam kontaminan , seperti nutrien, logam berat, atau ikatan fisika
atau kimia. Dewasa ini laju pembangunan semakin pesat, terutama di daerah
perkotaan. Industri-industri yang berkembang selain memberikan dampak positif,
juga menimbulkan dampak negatif, di antaranya pencemaran lingkungan dari limbah
yang dihasilkan, baik berupa limbah organik maupun limbah anorganik seperti
logam berat, dll. Sementara daerah resapan air sendiri semakin berkurang,
karena banyaknya bangunan permanen seperti gedung-gedung bertingkat dan
perumahan penduduk, sehingga menghalangi proses siklus alami air di dalam
tanah, termasuk di dalamnya proses pengolahan limbah secara alami. Mengingat
akan kekayaan hayati tumbuhan Indonesia yang besar serta ditunjang oleh iklim
yang hangat sepanjang tahun, tentunya sumbangan tumbuhan untuk mengendalikan
pencemaran perlu dikaji dan akhirnya diterapkan bila teknologinya ternyata
menguntungkan.
1.2
Tujuan
Penulisan
a) Dapat
Mengetahui Pengertian Wetland
b) Dapat
Mengetahui Prinsip Kerja Wetland
c) Dapat
Mengetahui Pemanfaatan Wetland Dalam Pengolahan Limbah Cair
d) Dapat
Mengetahui Desain Wetland Dalam Pengolahan Limbah Cair
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Wetland
Wetland adalah suatu lahan yang jenuh air dengan kedalaman
air tipikal yang kurang dari 0,6 m yang mendukung pertumbuhan tanaman air
emergent misalnya Cattail, bulrush, umbrella plant dan canna (Metcalf and Eddy,
1991), pengertian lainnya Constructed wetland merupakan suatu rawa buatan yang
di buat untuk mengolah air limbah domestik, untuk aliran air hujan dan mengolah
lindi (leachate) atau sebagai tempat hidup habitat liar lainnya, selain itu
constructed wetland dapat juga digunakan untuk reklamasi lahan penambangan atau
gangguan lingkungan lainnya. Wetland dapat berupa biofilter yang dapat
meremoval sediment dan polutan seperti logam berat. (wikepedia, 2007)
Pada
Constructed wetland terdapat tiga faktor utama, yaitu:
- Area yang digenangi air dan mendukung hidupnya aquatic plant jenis hydrophita
- Media tumbuh berupa tanah yang selalu digenangi air
- Media jenuh air
Manfaat dan Fungsi Wetland
Wetland memiliki berbagai fungsi dan kegunaan yaitu
1.)Organic Carbon (BOD) Removal
2.)Nitrogen Removal
3.)Phosphorus Removal
4.)Trace Metals Removal
5.)Removal of Toxic Organic Compounds
Wetland memiliki berbagai fungsi dan kegunaan yaitu
1.)Organic Carbon (BOD) Removal
2.)Nitrogen Removal
3.)Phosphorus Removal
4.)Trace Metals Removal
5.)Removal of Toxic Organic Compounds
Fungsi
ekologi
1.)Tempat makan dan habitat kehidupan liar
2.)Peningkatan kualitas air
3.)Perlindungan terhadap banjir
4.)Kontrol abration garis pantai
5.)Untuk rekreasi
Kelemahan
Akibat bahan kontaminan yang tertinggal di tempat, tempat/daerah tersebut harus terus dimonitoring untuk memastikan kondisi kestabilan kondisi lingkungan.
Jika bahan konsentrasi pencemar meningkat, efek racun dapat menghambat pertumbuhan tanaman tersebut
1.)Tempat makan dan habitat kehidupan liar
2.)Peningkatan kualitas air
3.)Perlindungan terhadap banjir
4.)Kontrol abration garis pantai
5.)Untuk rekreasi
Kelemahan
Akibat bahan kontaminan yang tertinggal di tempat, tempat/daerah tersebut harus terus dimonitoring untuk memastikan kondisi kestabilan kondisi lingkungan.
Jika bahan konsentrasi pencemar meningkat, efek racun dapat menghambat pertumbuhan tanaman tersebut
2.2 Prinsip
Kerja Wetland
a.
Unit wetland harus didahului dengan bak pengendap untuk menghindari cloging
pada media koral oleh
partikel-partikel besar.
Gambar
1. Sketsa unit WWG tipe SSF-Wetland
b.
Secara umum, sistem multi sel memungkinkan operasi lebih fleksibel,dan dapat
dibuat menurut topografi lahan. Konstruksi berupa bak/kolam dari pasangan batu
kedap air dengan kedalaman ± 1 m
c.
Kolam dilengkapi pipa inlet dan pipa
berlubang untuk outlet
d.
Kolam diisi dengan media koral (batu pecah atau kerikil) diameter 5 mm s/d 10 mm bercampur tanah sebagai media tanam
setinggi/setebal 80 cm
e.
Ditanami tumbuhan air dicampur beberapa
jenis yang berjarak cukup rapat.
f.
Dialirkan air limbah setebal 70 cm dengan
mengatur level (ketinggian) outlet yang memungkinkan media selalu tergenang air
10 cm dibawah permukaan koral
g.
Disain luas kolam berdasarkan Beban BOD yang masuk per hari dibagi dengan
loading rate pada umumnya. Untuk Amerika Utara = 32.10 kg BOD/Ha per hari.
Untuk
daerah tropis kira-kira = 40 kg BOD/Ha per hari .
Sistim pengolahan limbah dengan wetland
disarankan hanya untuk skala lingkungan maksimum 2.000 orang dan
perkantoran atau gedung-gedung sekolah karena kebutuhan lahannya cukup tinggi
antara 1.25 m2/kapita s/d 2.5 m2/kapita.
Jenis Tanaman Untuk WWG.
Kriteria umum untuk menentukan spesies
tumbuhan Wetland yang cocok untuk pengolah limbah belum ada, karena
sistem yang berbeda memiliki tujuan dan standar yang berbeda. Hal yang patut
dipertimbangkan dalam pemilihan tanaman adalah toleran terhadap limbah, mampu
mengolah limbah, dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
Saat ini tanaman yang sering digunakan untuk
Wetland di Indonesia – terutama Bali - antara lain ; Anturium Merah
/Kuning, Alamanda Kuning /Ungu, Akar Wangi, Bambu Air, Cana Presiden Merah
/Kuning/Putih, Dahlia, Dracenia Merah /Hijau Keladi Loreng /Sente /Hitam, Kenyeri Merah
/Putih, Spider Lili, Bintang Air dan tanaman air lainnya (Dirjen Cipta Karya,
Dep. Pekerjaan Umum, 2010).
Dasar
Perhitungan WWG.
a.
Rumah tangga menghasilkanlimbah cair 100
liter/orang/hari.
b.
Wetland ini berupa kolam dari pasangan batu kemudian diisi media koral
setinggi 80 cm yang ditanami tumbuhan air (Hydrophyte) selanjutnya dialirkan
air limbah. Air harus dijaga berada pada ketinggian 7 cm atau 10 cm dibawah
permukaan koral agar terhindar dari bau dan lalat/serangga lainnya.
c.
Untuk kapasitas pengolahan limbar cair 0,04 liter/dtk, diperlukan Wetland dengan
panjang bak 7,2 m, lebar 2,4 m kedalaman 0,5 m. Waktu kontak air limbah dengan
tanaman air selama 10hari. Tanaman air yang digunakan Common red, Thypa
angustifolia,Cyperus papyrus. Efisiensi tanaman tersebut dalam menurunkan kadar
unsur pencemar, BOD mampu turun 25-40%, COD 44-49%, dan Amonium total sebesar
34-36% (Puslitbang SDA Dept PU dalam Hotmian Siahaan, 2009).
d.
Sel yang berisi media campuran pasir dan kerikil (diameter pasir 0,05 cm dan
diameter kerikil 0,5-1 cm) paling efektif menurunkan BOD dan NH4+ hingga 70%
(Surface et al. dalam Priyanto B dan Joko
P, 2010)
Constructed wetland ada dalam
berbagai bentuk dan ukuran, tergantung dari pemilihan dan evaluasi lokasi.
Sistem ini bisa disesuaikan ke hampir semua lokasi dan bisa dibangun dalam
banyak konfigurasi dari unit tunggal kecil yang hanya beberapa meter persegi
sampai sistem dengan luas beratus hektar yg terintegrasi dengan pertanian air
atau tambak (USAID, 2006).
Dalam constructed wetland Terdapat dua sistem yang
dikembangkan saat ini yaitu:
Free
Water Surface System (FWS)
FWS
disebut juga rawa buatan dengan aliran di atas permukaan tanah. Sistem ini
berupa kolam atau saluran-saluran yang dilapisi dengan lapisan impermeable di
bawah saluran atau kolam yang berfungsi untuk mencegah merembesnya air keluar
kolam atau saluran. Untuk sistem FWS dapat dilihat pada Gambar
(Sumber:
Wetland Ecosystem Treatment - a Brief Overview,2000 dalam Wijayanti, 2004)
FWS tersebut berisi tanah sebagai
tempat hidup tanaman yang hidup pada air tergenang (emerge plant) dengan
kedalaman 0,1-0,6 m (Metcalf & Eddy, 1993). Pada sistem ini limbah cair
melewati permukaan tanah. Pengolahan limbah terjadi ketika air limbah melewati
akar tanaman, kemudian air limbah akan diserap oleh akar tanaman dengan bantuan
bakteri (Crites and Tchobanoglous, 1998 dalam Wijayanti, 2004).
Sub-surface
Flow System (SSF)
SFS disebut juga rawa buatan dengan
aliran di bawah permukaan tanah. Air limbah mengalir melalui tanaman yang
ditanam pada media yang berpori (Novotny dan Olem, 1994). Untuk Sub surface
Flow System dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Sistem ini menggunakan media seperti pasir dan kerikil
dengan diameter bervariasi antara 3-32 mm. Untuk zona inlet dan outlet biasanya
digunakan diameter kerikil yang lebih besar untuk mencegah terjadinya
penyumbatan (USAID, 2006). Proses pengolahan yang terjadi pada sistem ini
adalah filtrasi, absorbsi oleh mikroorganisme, dan absorbsi oleh akar-akar
tanaman terhadap tanah dan bahan organik (Novotny dan Olem, 1994). Pada sistem
SFS diperlukan slope untuk pengaliran air limbah dari inlet ke outlet. Tipe
pengaliran air limbah pada umumnya secara horizontal, karena jenis ini memiliki
efisiensi pengolahan terhadap suspended solid dan bakteri lebih tinggi
dibandingkan tipe yang lain. Hal ini disebabkan karena daya filtrasinya lebih
baik. Penurunan BOD nya juga lebih baik karena kapasitas transfer oksigen lebih
besar (Khiattudin, 2003).
Menurut USAID (2006), SFS adalah
sistem yg lebih disukai untuk sistem setempat, karena sistim FWS berpotensi
menjadi tempat nyamuk berkembangbiak (khususnya jika tidak dipelihara ikan
pemakan nyamuk di dalamnya). Sistem SFS ditutup dengan pasir atau tanah,
karenanya tidak ada resiko langsung terhadap potensi timbulnya nyamuk.
Keuntungan dan kerugian Constructed
Wetland
2.3 Pemanfaatan
Wetland dalam Pengolahan Limbah Cair
1.Menghilangkan logam berat yang
mencemari tanah dan air tanah, seperti yang dilakukan di New Zealand, lokasi :
Opotiki, Bay of Plenty. Membersihkan tanah yang tercemar cadmium (Cd oleh
penggunaan pesticida) dengan menanam pohon poplar.
2.Membersihkan tanah dan air tanah yang
mengandung bahan peledak (TNT, RDX dan amunisi militer) di Tennese, USA, dengan
menggunakan metode wetland yaitu kolam yang diberi media koral yang ditanami
tumbuhan air dan kemudian dialirkan air yang tercemar bahan peledak tersebut..
Tumbuhan yang digunakan seperti: Sagopond (Potomogeton pectinatus), Water
stargas (Hetrathera), Elodea (Elodea Canadensis) dan lain-lain.
3.Pengolahan limbah domestik dengan
konsep fitoremediasi dengan metoda Wetland, seperti yang diterapkan di beberapa
tempat di Bali dengan sebutan wastewater garden (WWG) atau terkenal dengan
Taman Bali seperti yang terlihat di Kantor Camat Kuta, Sunrise School, dan
Kantor Gubernur Bali. Wetland ini berupa kolam dari pasangan batu kemudian
diisi media koral setinggi 80 cm yang ditanami tumbuhan air (Hydrophyte)
selanjutnya dialirkan air limbah (grey water dan effluent dari septictank). Air
harus dijaga berada pada ketinggian 7 cm atau 10 cm dibawah permukaan koral
agar terhindar dari bau dan lalat/serangga lainnya.
Untuk menghindari kloging (mampet) pada lapisan koral maka air limbah sebelum masuk unit wetland ini harus dilewatkan unit pengendap partikel discret. Berdasarkan hasil test laboratorium terhadap influen dan effluen diperoleh hasil evaluasi kinerja unit tersebut, dengan effisiensi removal sebagai berikut: BOD 80 s/d 90 % , COD 86 s/d 96 %, TSS 75 s/d 95 %, Total N 50 s/d 70 %, Total P 70 s/d 90 %, Bakteri coliform 99 %. Terdapat 27 spesies tumbuhan yang digunakan untuk Taman Bali ini diantaranya Keladi, Pisang, Lotus, Cana, Dahlia, Akar Wangi, Bambu Air, Padi-padian, Papirus, Alamanda dan tanaman air lainnya.
Pemeliharaan sistim ini sangat kecil yang umumnya hanya menyiangi daun-daun tumbuhan yang layu/kering dengan demikian maintainance cost sangat rendah. Menurut penjelasan dari pihak Sunrise School Bali yang telah dua tahun menggunakan sistim ini belum pernah terjadi cloging pada lapisan koral dengan void ratio hanya 40 % untuk ukuran koral hanya 5mm s/d 10mm.
Pada dasarnya proses yang terjadi pada wetland ini sangat alami artinya microorganisme dan tanaman membentuk ecosystem sendiri untuk berhadapan dengan jenis polutan yang masuk, jadi tingkat adaptasi/akomodasi terhadap zat dan kadar pencemararan sangat baik, berbeda dengan misalnya fakultatif pond proses akan rusak (invalid) jika ada B 3 yang masuk atau jika beban pencemaran meningkat lebih dari 20 % akan terbentuk algae bloom.Namun penerapan yang digunakan umumnya terbatas pada skala kecil yaitu untuk perkantoran, sekolah dan komunal sekala RW, hal ini terjadi karena luas lahan yang dibutuhkan perkapitanya lebih tinggi dibanding sistim konvensional umumnya. Meskipun dibandingkan dengan sistim stabilization pond kebutuhan lahan jauh lebih luas
Untuk menghindari kloging (mampet) pada lapisan koral maka air limbah sebelum masuk unit wetland ini harus dilewatkan unit pengendap partikel discret. Berdasarkan hasil test laboratorium terhadap influen dan effluen diperoleh hasil evaluasi kinerja unit tersebut, dengan effisiensi removal sebagai berikut: BOD 80 s/d 90 % , COD 86 s/d 96 %, TSS 75 s/d 95 %, Total N 50 s/d 70 %, Total P 70 s/d 90 %, Bakteri coliform 99 %. Terdapat 27 spesies tumbuhan yang digunakan untuk Taman Bali ini diantaranya Keladi, Pisang, Lotus, Cana, Dahlia, Akar Wangi, Bambu Air, Padi-padian, Papirus, Alamanda dan tanaman air lainnya.
Pemeliharaan sistim ini sangat kecil yang umumnya hanya menyiangi daun-daun tumbuhan yang layu/kering dengan demikian maintainance cost sangat rendah. Menurut penjelasan dari pihak Sunrise School Bali yang telah dua tahun menggunakan sistim ini belum pernah terjadi cloging pada lapisan koral dengan void ratio hanya 40 % untuk ukuran koral hanya 5mm s/d 10mm.
Pada dasarnya proses yang terjadi pada wetland ini sangat alami artinya microorganisme dan tanaman membentuk ecosystem sendiri untuk berhadapan dengan jenis polutan yang masuk, jadi tingkat adaptasi/akomodasi terhadap zat dan kadar pencemararan sangat baik, berbeda dengan misalnya fakultatif pond proses akan rusak (invalid) jika ada B 3 yang masuk atau jika beban pencemaran meningkat lebih dari 20 % akan terbentuk algae bloom.Namun penerapan yang digunakan umumnya terbatas pada skala kecil yaitu untuk perkantoran, sekolah dan komunal sekala RW, hal ini terjadi karena luas lahan yang dibutuhkan perkapitanya lebih tinggi dibanding sistim konvensional umumnya. Meskipun dibandingkan dengan sistim stabilization pond kebutuhan lahan jauh lebih luas
2.4 Desain
Wetland dalam Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan Limbah Ikan
Lahan basah buatan (constructed wetland) merupakan sistem
pengolahan air limbah yang menggunakan teknologi sederhana dengan pendekatan
baru untuk menurunkan pencemaran lingkungan berdasarkan pemanfaatan tanaman air
dan mikroorganisma. Tanaman air pada lahan basah buatan mempunyai peran dalam
menyediakan lingkungan yang cocok bagi mikroba pengurai untuk menempel dan
tumbuh. Keunggulan sistem ini adalah konstruksinya sederhana tanpa peralatan
dan mesin, relatif murah biaya operasional, dan perawatannya, dan mempunyai
kapasitas buffer yang luas dan lumpur yang dihasilkan sedikit serta stabil.
Sistem ini telah dicoba dalam menghalangi dan menahan aliran dan materal
padatan (Meutia et al, 2000), menyisihkan pencemar material padatan (Meutia et
al, 2000), menyisihkan beberapa jenis logam (Meutia dan Kania, 2000), penurunan
kadar fosdor (Meutia dan Khairina, 2000), dan penyisihan senyawa nitrogen
(Meutia dan Estriana, 2000) Sumber : (Meutia et al, 2000).
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
dan Saran
1. Fitoremediasi cukup effektif dan
murah untuk menangani pencemaran terhadap lingkungan oleh logam berat dan B3
sehingga dapat digunakan untuk remediasi TPA dengan menanam tumbuhan pada
lapisan penutup terahir TPA dan menggunakan sistim wetland bagi kolam leachit.
2. Sistim pengolahan limbah dengan
wetland disarankan hanya untuk skala lingkungan maksimum 2000 orang dan
perkantoran atau gedung-gedung sekolah karena kebutuhan lahannya cukup tinggi
antara 1.25 m2/capita s/d 2.5 m2/capita dibanding fakultatif pond hanya 0.2 s/d
0.5 m2/capita atau hanya 1/5dari kebutuhan wetland.
3. Biaya investasi pada metode Wetland
sangat relatif terhadap ketersedian lahan, dengan demikian untuk skala kecil
sangat ekonomis bila lahan dapat disediakan.
4.Untuk skala rumah tangga sistim metode
Wetland ini dapat dianggap pengganti bidang resapan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ilmu kelautan
(marine science) indonesia: PEMANFAATAN WETLAND SEBAGAI MEDIA FITOREMEDIASI
Modifikasi
Subsurface Wetland (Rakhmi Sonie) - Lingkungan Tropis
Rawa Buatan
(Constructed Wetlands) | sungaibersih2020
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusHarga
Terjangkau
Spesial
Solusi
Penawaran spesial
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO