laporan praktikum uji bio-assay
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya
pengendalian nyamuk untuk mengurangi kejadian penyakit arthropod-born viral
disease telah banyak dilakukan.
Pengendalian
tersebut meliputi pengendalian fisik, pengendalian hayati, pengendalian
kimiawi, pengendalian genetik dan pengendalian terpadu. Pengendalian fisik
dengan mengelola lingkungan sehingga keadaan lingkungan tidak sesuai bagi
perkembangbiakan nyamuk, pengendalian hayati dengan memanfaatkan organisme predator
dan patogen, pengendalian kimiawi dengan menggunakan insektisida untuk
membunuh nyamuk, pengendalian genetic dilakukan dengan menyebarkan pejantan
mandul ke dalam ekosistem, dan pengendalian terpadu dilakukan dengan
menggabungkan berbagai teknik pengendalian yang ada (Upik Kesumawati Hadi dan
Susi Soviana, 2000).
Pemberantasan
vektor dengan menggunakan insektisida merupakan salah satu program pengendalian
penyakit yang ditularkan vektor. Insektisida yang digunakan biasanya hanya
berdasarkan hasil uji coba terhadap satu spesies saja nyamuk vektor dan pada
kondisi satu daerah saja, sedang indonesia yang merupakan negara kepulauan
dengan keragaman ekosistem kepekaan nyamuk vektorpun mungkin berbeda dari satu
daerah dengan daerah lainnya. Selain itu akibat
penggunaan insektisida kimia yang berulang-ulang menimbulkan masalah baru yaitu
membunuh serangga bukan target dan timbulnya resistensi vektor terhadap
insektisida.
Untuk
itu dilakukan pengujian terhadap insektisida yang di gunakan untuk melakukan
pengendalian. Apakah insektisida tersebut masih bias di gunakan untuk membrantas
vektor atau sudah resisten. Uji biokimia adalah uji resistensi nyamuk
terhadap insektisida yang sangat esensial berdasarkan kuantifikasi enzim yang
bertanggung jawab pada proses resistensi. Keunggulah dari uji biokimia adalah
informasi status kerentanan diperoleh lebih cepat dan dapat menunjukan
mekanisme penurunan kerentanan (Resistensi dan toleransi) yang di ukur pada
serangga secara individu.(Widiarti, 2002).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui metoda uji Bio-Assay dan pembunuhan
nyamuk sebagai vektor.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk
mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam uji Bio-Assay.
b. Untuk
mengetahui cara kerja dalam uji Bio-Assay.
c. Untuk
mengetahui daya bunuh insektisida semprot.
d. Untuk
menilai ada tidaknya racun serangga.
1.3 Manfaat
Dengan
dilakukan
praktikum
ini
diharapkan
kita
dapat
memahami
prosedur yang benar
dalam
melakukan
uji bio assay
dan daya bunuh insektisida terhadap nyamuk.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Insektisida
Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun
yang dipakai untuk membunuh serangga. Insektisida dapat memengaruhi
pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem
hormon, sistem pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung
pada kematian serangga pengganggu tanaman (SPT). Insektisida termasuk salah
satu jenis pestisida.
1.2
Jenis-Jenis Insektisida Cair
a.
Baygon
Baygon adalah merek pestisida produksi S. C. Johnson
& Son. Kegunaannya adalah sebagai pembasmi
dan pengendali hama rumah tangga, seperti nyamuk, kecoa, lipan, dan semut.
Merek ini sangat populer di Indonesia sehingga sudah menjadi nama generik bagi
produk sejenis.
Baygon
pertama kali diproduksi oleh Bayern, sebuah perusahaan kemia asal Jerman, pada
tahun 2003, kemudian merek baigon dibeli oleh S. C. Johnson & Son. Walaupun
demikian, sebagai bagian dari persetujuan, Bayern masih memasok bahan aktif
yang terkandung dalam baygon.
b.
HIT
Obat nyamuk yang dikenal oleh masyarakat Indonesia
sebagai obat nyamuk yang paling ampuh dari pada insektisida cair lainya. Tapi pada hit
ini terdapat dua bahan kimia yang berbahaya yang jika kontak langsung dengan
tubuh akan mengakibatkan mual, muntah, pusing, diare dan lain-lain. Dosis minimal insektisida bentuk aerosol yang efektif untuk
membunuh nyamuk Aedes aegypti pada ruangan rumah bahan tembok 1,79 detik
(kurang dari 1 gram).
Dosis minimal insektisida Hit bentuk aerosol yang
efektif untuk membuhuh nyamuk Aedes aegypti pada ruangan rumah bahan
tembok kurang dari 1 detik (kurang 1 gram). Setelah dianalisa dengan analisis
varians dilanjutkan dengan CMRT srta nalisis probit ada perbedaan efektivitas
daya bunuh insektisida Baygon dan Hit bentuk aerosol terhadap nyamuk Aedes
aegypti dengan demikian hipotesis diterima. Daya bunuh insektisida Hit
bentuk aerosol terhadap nyamuk Aedes aegypti ternyata jauh lebih efektif
jika dibandingkan dengan daya bunuh baygon terhadap nyamuk Aedes aegypti.
c.
Vape
Hanya dengan 1 kali tekan selama 1 detik, bahan
aktif akan menyebar ke seluruh ruangan dan bekerja efektif hingga 10 jam. Tidak
perlu menyemprot secara berlebihan. Semprot dengan menekan 1 kali selama 1
detik, ruangan anda bebas nyamuk selama 10 jam. 1 kaleng bisa untuk 30 kali
semprot. Jika digunakan untuk 1 kamar/hari bisa digunakan hingga 30 hari. Bahan
aktif : Transflutrin 21.3%. KEMENKES RI PKD 30701900754.
2.3 Efek Penggunaan Insektisida
Pada tahun 1960,
Rachel
Carson menerbitkan buku yang sangat berpengaruh dalam sejarah penggunaan
insektisida berjudul Silent Spring (Musim Sepi yang Sunyi). Buku tersebut
menyorot penggunaan DDT yang sangat marak di masa itu karena sangat efektif,
sekaligus menyadarkan manusia akan bahaya dari penggunaan pestisida berlebihan.
Insektisida yang dipakai seringkali menyerang organisme non target seperti burung
dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, penggunaan insektisida juga
dikhawatirkan berpotensi membahayakan kesehatan manusia.
Insektisida seringkali digunakan melebihi dosis yang
seharusnya karena petani beranggapan semakin banyak insektisida yang diaplikasikan
maka akan semakin bagus hasilnya. Beberapa petani bahkan mencampurkan perekat
pada insektisidanya agar tidak mudah larut terbawa air hujan. Namun, penggunaan
perekat ini justru mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida pada hasil
panen yang nantinya akan menjadi bahan konsumsi manusia. Menurut data WHO
sekitar 500 ribu orang meninggal dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu
orang meninggal setiap 1 jam 45 menit akibat pestisida dan atau insektisida.
2.4 Uji Bio-Assay
Pengendalian
nyamuk vektor telah banyak dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan
pengendalian menggunakan bahan-bahan kimia yaitu menggunakan insektisida kimia
yang sesuai baik untuk larva maupun nyamuk dewasa. Pengendalian kimia dengan
menggunakan insektisida banyak dipakai oleh masyarakat karena dapat menurunkan
populasi nyamuk dengan cepat dan penggunaannya yang praktis, tetapi penggunaan
insektisida terbukti banyak menimbulkan dampak negatif, antara lain matinya
organisme bukan sasaran, adanya residu sehingga terjadi pencemaran lingkungan
serta munculnya nyamuk yang resisten (Tarumingkeng, 1992).
Kemampuan insektisida
membunuh serangga bergantung pada bentuk, cara masuk kedalam tubuh serangga,
macam bahan kimia, konsentrasi dan jumlah (dosis) insektisida. Selain
itu juga harus memperhatikan faktor-faktor yaitu
spesies serangga yang akan diberantas, ukuran, stadium, sistem pernapasan dan
bentuk mulut, penting juga mengetahui
habitat dan perilaku serangga dewasa termasuk kebiasaan makannya. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya insektisida yang digunakan dalam program pengendalian vektor perlu di lakukan bioassay.
Uji
Bioassay adalah suatu cara untuk mengukur efektivitas suatu insektisida
terhadap vektor penyakit. Ada 3 jenis Uji Bioassay yaitu :
- Uji bioassay kontak langsung (residu)
- Uji bioassay kontak tidak langsung (air bioassay) (residu)
- Uji bioassay untuk pengasapan (fogging/ULV)
Kegiatan bioassay dilakukan agar mengetahui efektivitas dari insektisida yang
digunakan. Uji bioassay adalah suatu uji untuk mengetahui kekuatan atau daya
bunuh insektisida baik terhadap nyamuk dewasa maupun jentik(Sugeng Abdullah,
2003).
BAB
III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pemeliharaan Larva Menjadi Nyamuk
a.
Waktu
dan Pelakasanaan
Hari / tanggal :
Selasa, 21
Oktober 2014
Pukul :
10.00
s.d 14.00
WIB
Tempat :
Di samping
Laboratorium Poltekkes Kemenkes
Padang
Pratikum :
Pengembangbiakan Nyamuk
b.
Alat dan Bahan
1.
Alat
ü
Kurungan nyamuk
ü
Aspirator
ü
Wadah
ü
Gayung
ü
Baskom kecil
ü
Pipet tetes
2.
Bahan
ü
Larva dan pupa nyamuk
ü
Ampela ayam
ü
Larutan gula
ü
Tikus
c.
Langkah Kerja
1. Larva nyamuk hasil
pemeliharaan dikondisikan menjadi nyamuk dewasa dipindahkan ke dalam wadah yang
berisi air.
2. Berilah larva tersebut
irisan ampela ayam sebagai makanannya dan masukkan ke dalam kurungan.
3. Setelah beberapa hari larva
yang telah berubah menjadi pupa dipindahkan ke wadah lainnya dan dihitung.
No
|
Hari/Tanggal
|
Larva-Pupa
|
Pupa-Dewasa
|
|
1
|
Rabu/ 22 Oktober 2014
|
70
|
49
|
|
2
|
Kamis/ 23 Oktober 2014
|
81
|
75
|
|
3
|
Jumat/ 24 Oktober 2014
|
103
|
96
|
|
Total
|
254
|
220
|
4. Pupa yang telah berubah
menjadi nyamuk dipindahkan lagi ke dalam kurungan lainnya yang telah berisi
tikus. Begitu seterusnya hingga jumlah nyamuk mencukukpi untuk uji Bio-Assay.
5. Nyamuk hasil pemeliharaan
siap untuk diuji.
3.2
Uji Bio Assay
a.
Waktu dan Pelaksanaan
Hari / tanggal :
Jumat,
23
Oktober 2014
Pukul :
19.00
s.d 22.30 WIB
Tempat :
Laboratorium Poltekkes Kemenkes Padang
Pratikum : Uji Bio-Assay
b.
Alat dan bahan
1.
Alat
ü Kurungan nyamuk
ü Aspirator
ü Cone
ü Paper cup
2.
Bahan
ü Nyamuk dewasa
ü Insektisida (Propoksur 1,18% dan D aletri 0,22%)
ü Kapas
c.
Langkah Kerja
1.
Pre Kondisi
a.
Siapkan alat dan bahan.
b.
Buat cone dengan menggunakan gelas plastik yang dilubangi
bagian bawahnya. Pada sisi lingkaran atas cone diberi double tip.
2.
Uji Bio-Assay
a. Siapkan cone 5 buah dan beri label (4 cone untuk diuji, 1 cone untuk kontrol).
b. Ambil nyamuk dewasa yang ada di dalam kurungan menggunakan aspirator.
c. Masukkan nyamuk sebanyak 20 ekor kemasing -masing cone yang telah
ditempel pada dinding. Sebelum cone ditempel, dinding sudah disemprot dengan
insektisida dengan jarak penyemprotan 30 cm dan jarak antar cone 50 cm.
d. Setelah penyemprotan dengan insektisida, tunggu selama 30 menit.
e. Setelah 30 menit, amati masing – masing cone dan hitung persentase kematian nyamuk, jika besar kematian pada kontrol
lebih dari 20% maka pengujian kita gagal. Hal ini mungkin saja karena kondisi
nyamuk yang lemah.
f. Namun jika kematian kurang dari 20%, pengujian
dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya
dengan menghitung berapa ekor nyamuk
yang hidup pada kurungan
nyamuk yang telah
disemprot insektisida.
g. Nyamuk yang hidup dipindahkan kedalam kurungan nyamuk dan diberi makan
larutan air gula (menggunakan media kapas yang sudah dibasahi larutan gula)
serta dilihat 1x24 jam.
3.3
Hasil dan Pembahasan
3.3.1
Hasil
Hasil pratikum Uji Bio-Assay yang dilakukan di Laboratorium Poltekkes Kemenkes Padang, sebagai berikut :
NO
|
Pengujian
|
Waktu
|
Jumlah nyamuk yang
hidup
|
Jumlah nyamuk yang
mati
|
% Kematian
|
|
1
|
Cone 1
|
30 menit
|
0 ekor
|
20 ekor
|
100%
|
|
2
|
Cone 2
|
30 menit
|
0 ekor
|
20 ekor
|
100%
|
|
3
|
Cone 3
|
30 menit
|
0 ekor
|
20 ekor
|
100%
|
|
4
|
Cone 4
|
30 menit
|
0 ekor
|
20 ekor
|
100%
|
|
5
|
Cone kontrol
|
30 menit
|
17 ekor
|
3 ekor
|
15%
|
|
Total
|
17 ekor
|
83 ekor
|
|
Analisa:
3.3.2
Pembahasan
Berdasarkan uji
Bio-Assay yang telah dilakukan kami menggunakan insektisida HIT yang mengandung
bahan aktif Proposur 1,18% dan D aletrin
0,22%. Nyamuk yang diuji mengalami kematian 100%, dan pada kontrol mengalami
kematian 15%. Kematian tersebut didorong oleh beberapa faktor, antara lain:
-
Jarak
antar cone yang terlalu dekat.
-
Nyamuk
yang digunakan sebagai uji kemungkinan adalah nyamuk jantan.
-
Nyamuk
yang diuji belum kenyang darah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan.
Jadi, dari
hasil praktikum
Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu yang kami lakukan di Laboratorium
Poltekkes Kemenkes Padang pada hari Jumat 24 Oktober 2014 tentang uji Bio-Assay kami mendapatkan bahwa:
Kematian pada
cone 1 : 100%
Kematian pada
cone 2 : 100%
Kematian pada
cone 3 : 100%
Kematian pada
cone 4 : 100%
Kematian pada
cone control : 15%
Dari data
tersebut ternyata dalam uji yang kami lakukan ada beberapa faktor yang
menyebabkan kematian 100% pada nyamuk uji yaitu:
-
Bahan
aktif yang terdapat pada insektisida yang digunakan (Propusur 1,18% dan D
aletrin 0,22%).
-
Jarak antar
cone yang terlalu dekat.
-
Nyamuk yang
digunakan sebagai uji kemungkinan adalah nyamuk jantan.
-
Nyamuk yang
diuji belum kenyang darah.
Hal ini menunjukkan bahwa insektisida yang
mengandung bahan aktif Proposur 1,18%
dan D aletrin 0,22% efektif untuk digunakan.
4.2
Saran
1. Mahasiswa bisa memahami alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan uji
Bio-Assay.
2. Mahasiswa bisa memahami prosedur kerja dalam uji
Bio-Assay.
DAFTAR PUSTAKA
Andi,hermawan.2013.http://andie-hermawan.blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-kesehatan-lingkungan.html.
DiaksespadaSelasa, 04 Oktober 2014.
Ervina,yolamba.2013.http://www.scribd.com/doc/117679082/uji-bioassay-susceptibillity.
DiaksespadaSelasa, 04 Oktober 2014
Komentar
Posting Komentar